Tuesday, 8 October 2013

Negeriku (dulu) Adalah Negara Agraris



 Waktu SD, saya ingat dulu guru saya menerangkan pelajaran IPS  dan menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah termasuk negara agraris. Apa itu negara agraris? Dulu, guru saya mengatakan bahwa negara agraris adalah negara yang memiliki penghasilan besar dari pertanian, gampangnya bisa dibilang bahwa negeri ini negeri pertanian.
 Kalo waktu masih SD dulu, sih, saya percaya aja waktu guru saya bilang gitu. Saya rasa memang bener, kok. Warga kita banyak yang jadi petani, sawah yang kita punya luas, dan tanah kita subur. Meskipun dulu saya belum ngerti berapa produksi padi per tahun kita, saya cukup bisa memahami kalau negeri ini memang negeri pertanian. Dan saya rasa kalian yang pernah hidup di jaman 1999-2005 juga bisa memahami itu. Kita semua sepakat dengan pendapat tersebut.
 Dulu? Iya dulu. Jika melihat kondisi sekarang, rasanya aneh kalau menyebut negeri kita ini negeri agraris. Saya nggak tau guru SD sekarang masih mengajarkan kepada seluruh muridnya bahwa negeri ini negeri agraris atau tidak. Tapi, bagi saya, saya sudah tidak lagi sependapat dengan hal tersebut. Mungkin beberapa dari kalian tidak sepakat. Tapi, mari kita berpikir, apakah negeri ini masih layak disebut negara agraris? Negara yang dulunya dianggap sebagai negeri pertanian, sekarang bahkan tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan negerinya sendiri. Impor sana-sini, tidak mencerminkan negeri yang dalam sebuah lagu dianggap sebagai “kolam susu” itu.
 Indonesia berencana mengimpor 500.000 ton beras dari Myanmar. Memangnya beras kita kenapa? Habis dimakan siapa? Hama? Tikus? Tikus yang mana? Tikus yang berdasi itu? Saya heran, apa yang menyebabkan keadaan ini? Lahannya sudah habis atau padinya yang nggak layak dikonsumsi atau semua hasilnya dikorupsi? Kenyataannya, pertanian kita benar-benar dalam kondisi yang buruk. Waktu saya baca buku sejarah, pak Harto dulu sangat getol mengembangkan pertanian Indonesia. Bahkan Indonesia berhasil mengekspor beras saat itu. Itu artinya, saat itu beras di Indonesia benar-benar melimpah. Lalu sekarang, 15 tahun setelah pak Harto melepas jabatan sebagai presiden, pertanian kita seolah tidak lagi berkutik. Tidak bisa diandalkan.
 Jika lahan yang menjadi masalah, seharusnya dibuat peraturan tentang larangan pembangunan di atas lahan-lahan pertanian produktif. Kita harus sadar, negara ini benar-benar surge bagi pertanian jika mengingat di negara lain banyak tanaman yang bisa ditanam sebanyak di Indonesia. Negeri ini kaya, bukan hanya mineral, tapi juga pertanian bahkan perairan. Jika benar-benar dimanfaatkan dengan baik, bukan tidak mungkin kita menjadi negara agraris, maritim dan mineral sekaligus. Bayangkan betapa sejahteranya negeri kita bila itu benar-benar terjadi.
 Tetapi, jika masalahnya adalah korupsi, sampai kapanpun negeri ini tidak akan bisa kembali berjaya. Jika setiap kekayaan yang kita miliki dicuri oleh pemimpin-pemimpin kita sendiri maka kapan kita bisa menjadi negara yang sejahtera? Yang akan sejahtera hanya pemimpinnya. Padahal pemimpin itu memiliki kewajiban untuk mensejahterakan rakyat. Lalu jika pemimpinnya korup, bagaimana rakyat sejahtera?
 Saya hanya bisa berharap, semoga negeri ini segera kembali berjaya  melalui sektor pertanian, laut dan mineral. Dan saya kira anda semua juga mengharapkan hal yang sama. Maka dari itu, sebisa mungkin mari kita berusaha mensukseskan negeri ini dan tetap menjadi orang yang bersih dari korupsi.

No comments:

Post a Comment