Kubuka berkas demi berkas foto masa sekolah menengahku dahulu. Kupandangi tiap-tiap senyum dari masing-masing orang didalamnya, bahkan termasuk senyumku sendiri. Kadang aku berpikir, masa itu sangatlah indah. Aku bisa tertawa sangat kencang dahulu.
Tapi, tunggu. Yang kulihat adalah fotoku ketika bersekolah. Bagaimana kehidupanku selain di sekolah? Well, this is kind of a diary. So, aku akan bercerita betapa kacaunya situasi dirumah ketika aku masih menjalani masa itu. Masaku bersekolah adalah masaku yang sangat terbatas.
Aku dahulu sangat ingin mendapatkan kebebasan untuk menjalani kehidupan malam. Ketika aku menghabiskan setengah hariku di sekolah, aku merasa aku layak untuk menikmati setengah malamku diluar rumah. Tapi sayang, orangtuaku selalu melarang sedangkan aku hampir selalu berontak karenanya. Bukan cuma sekali, benda-benda di sekitarku melayang karena ulahku mencoba menerobos larangan mereka. Dan tentu, aku tidak juga menyerah meski banyak sekali batasan yang mereka berikan.
Lalu kini, ketika aku berusia lebih dari 22 tahun dan masih mengenyam pendidikan tinggi. Aku mulai berpikir betapa idiotnya aku meminta hal-hal konyol semacam itu. Keluar malam? Ternyata kehidupan malam tidak seindah bayanganku dahulu. Nongkrong di pinggir jalan sambil menghisap beberapa batang rokok juga tidak seindah yang dahulu pernah terbayangkan olehku. Kemudian aku mulai teringat dengan sebuah gambar yang kudapatkan dari internet. Gambar tersebut menjelaskan bahwa seorang anak kecil sampai remaja memiliki waktu yang tidak terbatas, energi yang tidak terbatas tetapi tidak punya uang. Seorang dewasa memiliki uang, memiliki energi tetapi tidak ada waktu karena harus bekerja. Lalu seorang yang telah lanjut usia, memiliki uang, memiliki waktu tetapi tidak memiliki energi.
Kita semua selalu terbatas. Bahkan jika aku menemukan seorang yang sukses di usia muda dan tidak perlu lagi bekerja, aku yakin dia masih akan hidup dengan keterbatasan. Dimulai dari artis, mereka bisa hidup mewah di usia muda, mereka bisa menghabiskan banyak waktu untuk bersenang-senang ke luar negeri. Tetapi sampai sekarang belum pernah aku menjumpai artis yang tidak diburu penggemarnya.
Kalau aku? Menurut usia, seharusnya sekarang aku memiliki banyak waktu, memiliki banyak energi, tetapi tidak punya uang (aku mengkategorikan usiaku ini sebagai remaja). And yes, that's me right now. Walaupun sesungguhnya aku masih memiliki cukup uang untuk sekedar bersenang-senang dan aku tidak terlalu peduli soal uang yang sedikit. Kini, aku mengalami keterbatasan lain. Aku tidak bisa mendapatkan kebebasan. Aku benar-benar dihantui oleh tuntutan segera lulus dari pendidikan. Aku mulai membenci setiap detik aku mempersiapkan segalanya soal kelulusanku. Mulai dari tugas akhir yang semakin hari semakin rumit, ketakutanku akan kegagalan bekerja dengan baik sampai ketakutanku tidak bisa lulus tepat waktu.
The conclusion is, kita hidup berdampingan dengan keterbatasan. Aku mulai meragukan definisi dari kata bebas, karena tidak ada yang benar-benar bebas. Bahkan di negara Amerika yang memiliki Patung Kebebasan (Liberty), kita tidak boleh mencoret patung tersebut dengan cat semprot berwarna hitam. Mari berhenti menuntut kebebasan, kita tidak pernah hidup dengan cara seperti itu.
No comments:
Post a Comment